Anyeong haseyeo changi.. It's me, Ny.Liu Xian Hua (eeh..=" hehe :D) Welcome to my Blog yaa chingudeul.. hope you enjoy it..:)

Selasa, 02 Oktober 2012

ANALISIS DATA PENELITIAN KUANTITATIF

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variable dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic. Ada 2 macam statistic yaitu statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistic inferensial meliputi statistic parametris dan nonparametris.

STATISTIK DESKRIPTIF DAN INFERENSIAL

·  Statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistic deskriptif dalam analisisnya. Termasuk dalam statistic deskriptif adalah penyajian data melalui table, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, medien, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-ratadan standar devisi, perhitungan prosentase. Dalam statistic deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variable melalui analisis, korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.
·      Statistic inferensial adalah adalah tehnik statistic yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Cocok digunakana pada sampel dari populasi yang jelas dan tehnik pengambilan dilakukan secara random. Satatistik ini kebenarannya bersifat perluang (probability). Kesimpulan dari sampel ini akan diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalan dan kebenaran yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang kesalahan 1%, maka taraf kepercayaannya 99%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi. Signifikansi adalah kemampuan untuk digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu. Ada hubungan signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan. Ada perbedaan yang signifikan berarti hubungan itu dapat digeneralisasikan.
1.      Statistik Parametris
Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistic, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi: rata-rata notasi µ (mu), simpangan baku σ (sigma), dan varians σ2. Parameter populasi itu meliputi: rata-rata  X  (X bar), simpangan baku s, dan varians s2. Statistik ini memerlukan banyak asumsi. Asumsi utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogeny, dalam regresi harus terpenuhi asumsi literitas. Bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi, statistic parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistic nonparametris. Penggunaan parametris kebanyakan untuk menganalisis data interval dan ratio.
2.      Statistik Nonparametris
Statistik nonparametris tidak menguji parameter populasi, tetapi menguji distribusi. Statistik ini tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Penggunaan nonparametris kebanyakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.
Dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan statistic, ada dua hal utama ynga harus diperhatikan:
 i.        MACAM DATA
1.      Data Nominal
Menuruti Moh. Nazir, data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan.
2.      Data Ordinal
Data ini memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja.
3.      Data Interval
Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur.
4.      Data Ratio
Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran rasio (data rasio). Data rasio, yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol.
ii.      BENTUK HIPOTESIS
Bentuk hipotesis ada 3 yaitu :
1.      Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan statistic parametris merupakan dugaan terhadap nilai dalam satu sampel (unit sampel) dibandingkan dengan standart, sedangkan hipotesis yang akan diuji dengan statistic nonparametris merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai antar kelompok dalam satu sampel.
2.      Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai-nilai dua kelompok atau lebih. Dibedakan menjadi 2:
a.       Komparatif untuk 2 sampel
b.      Komparatif lebih dari 2 sampel
3.      Hipotesis Assosiatif
Hipotesis Assosiatif adalah dugaan terhadap ada tidaknya hubungan secara signifikan aantara dua variable atau lebih.
Secara statistic hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Oleh karena itu dalam statistic yang diuji adalah  hipotesis nol. Hipotesis nol adalah penyetaan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistic. Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternative yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistic. Hipotesis nol diberi notasi Ho, dan hipotesis alternative diberi notasi Ha.
1.      Taraf Kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu a point estimate adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel dan interval estimate adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel.
Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point estimate) akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan interval estimate. Makin besar interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya. Untuk selanjutnya kesalahan taksiran ini dinyatakan dalam peluang yang berbentuk prosentase.
2.      Dua Kesalahan dalam Menguji Hipotesis
a.       Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Tingkat kesalahan dinyatakan dengan α.
b.      Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan dinyatakan dengan β.
Bila nilai statistic (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data sama dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval parameter populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima.Jadi tidak terdapat kesalahan tetapi bila nilai statistic di luar nilai parameter populasi akan terdapat kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistic jauh dari nilai parameter populasi. Tingkat kesalahan ini dinamakan level of significant atau tingkat signifikan.
3.      Macam Pengujian Hipotesis
Terdapat 3 macam bentuk pengujian hipotesis yaitu uji dua pihak (two tail), pihak kanan, dan pihak kiri (one tail). Jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesisnya.
a.       Uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) “sama dengan” dan hipotesi alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho = ; Ha ≠)
b.      Uji pihak kiri digunakan apabila hipotes nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan (≥)” dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih kecil (<)”.
c.       Uji pihak kanan  digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih kecil atau sama dengan (≤)” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar (>)”


Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 2011. Bandung : ALFABETA.
Suhartono. Data Nominal, data ordinal, data interval dan data ratio. 2009. (Online): (http://suhartoumm.wordpress.com/2009/06/27/data-nominal-ordinal-interval-dan-ratio/, diakses tanggal 27 September 2012)

Sabtu, 05 Mei 2012

Analisis Cerpen Lagu Tanglung Ungu


Wanita Bayaran dalam cerpen “Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia
Oleh
Dhewi Ika P(092094017/ Pendidikan Bahasa Jerman)

Pendahuluan

Membaca cerpen Lagu Tanglung Ungu, pembaca akan diajak untuk menyelami kegalauan hati seorang wanita. Cerpen yang berkisah tentang secuil kehidupan seorang wanita yang dibayar untuk menghasilkan anak dengan hubungan mbulet yang diatur sehingga terlihat berselingkuh dan memiliki anak dari menantu seorang miliarder ini, cukup membuat pembaca tertarik untuk membacanya.
Pemilihan kata serta penggunaan majas metonimia yang digunakan Beni Setia dalam cerpen tersebut juga akan membuat pembaca semakin bergairah untuk membacanya. Secara tidak langsung Beni Setia mengajak pembaca berfikir untuk mengenali majas metonimia tersebut sehingga pembaca tidak salah mencerna maksud dari cerpen tersebut. Menariknya lagi ia menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal sehingga memungkinkan pembaca masuk kedalam cerita tersebut seolah-olah pembaca sendiri berada didalamnya. Seperti ungkapan “tulisan yang baik adalah tulisan yang mampu membuat pembacanya seolah-olah ia sendiri yang berada didalamnya”.

Pembahasan

Dalam cerpen yang berjudul “Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia ini terkandung sebuah unsur psikologi yaitu psikologi hormic. Dikaji berdasarkan teori psikologi hormic, dapat terlihat dari isi cerpen yang banyak menceritakan tentang seorang wanita yang ingin tetap hidup mapan dan berkecukupan. Ia bersedia menerima kontrak sebagai penerima donor sperma dari miliarder kaya asal Hongkong agar ia mendapat dana sehingga bisa menyelesaikan kuliahnya serta hidup berkecukupan. Dalam hal ini perilaku/tingkah laku wanita tersebut karena memiliki tujuan. Seperti yang dikatakan oleh Willian McDougall yang menyebut ajarannya sebagai psikologi purposif (bertujuan) atau psikologi hormik (hormik psychology). Di dalam karya-karyanya McDougall mengemukakan bahwa Psikologi Hormik adalah tingkah laku yang selalu bertujuan, bukan merupakan proses mekanismenya saja. Menurutnya, karakteristik penting dari tingkah laku yaitu tingkah laku memiliki kebebasan memiliki arah dan tujuan dan tingkah laku mempunyai unsur bawaan yang disebut insting, dengan tiga aspeknya berupa aspek persepsi, aspek emosional dan aspek motoris. Kutipan-kutipan yang mendukung teori tersebut yaitu:

padahal sesuai kontrak TKW itu aku di-backing dana oleh Old Nio agar bisa menyelesaikan kuliah PGSD, setelah lulus jadi guru PNS sebab punya dana lulus testing, meski tidak berkompetisi menjadi guru professional.

jadi penerima donor sperma dengan bantuan teknologi yang memungkinkan memelihara janin lelaki utama Nio, -meski secara kasatmata aku memainkan lelakon berselingkuh dengan Max. diatur Old Nio agar memebuat kontrak seksual semu dan transparan dihamili oleh Max, punya anak, lantas menyerahkan anak itu kepada Ie. Pulang dengan dana berlebih buat kuliah –dengan saham legal 2,5%

aku punya hak mutlak saham 2,5% warisan legal dari Old Nio yang menganggapku selir tabung yang berhasil melahirkan anak lelaki meskipun secara legal (itu) cucu lelaki. Tapi aku takut: suamiku tahu kalau aku simpanan miliarder Hongkong –dan aku yakin di Ngebel ini: banyak orang yang tahu-, karenanya memeras sampai tak punya apa-apa lagi. Aku takut tak punya uang, aku takut miskin lagi.

Apakah semua ini bermula dari kemiskinan? Ketika selulus SMA aku ingin bisa kuliah, karenanya mengambil dua kali kontrak @2 tahun di Hongkong, sehingga akan ada simpanan yang cukup untuk berkuliah PGSD dan melamar  jadi si guru SD – yang setelah jadi PNS bermakna si yang memiliki masa depan. Ambisi itu yang membuat aku bersepakat melakukan kontrak dengan si Old Nio – jadi si penerima donor sperma.

Aku menelan ludah. Bilang, dengan latar belakang si TKW lulus SMA, kepapanan serta hidup di garis kemiskinan merupakan tradisi, sehingga gaji guru – semua dividen dari saham 2,5%, sumbangan Ie, dan kasih sayang bertendens si Max dalam rekening – sudah memadai.

Selain takut miskin dan tidak dapat hidup berkecukupan, setelah beberapa tahun menjalani hubungan perselingkuhan, bukan cinta lagi yang wanita ini rasakan namun ia juga melakukannya dengan tujuan untuk memenuhi instink kewanitaannya saja. Berdasarkan Psikologi Hormik, menurut William McDougal, insting adalah kecendrungan bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Dimana kecendrungan tingkah lakunya merupakan pembawaan dari lahir. Berikut kutipannya :

Tapi, di tahun-tahun kemudian aku merasa hanya pergi berkencan, seperti orang naik di panggung sinetron – palsu memuaskan instink kewanitaan saja -, karena itu aku memilih pasif.
               
Apa itu cinta? Bukan. Aku tak merasa diikat cinta – hanya memuaskan instink biologik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku perselingkuhan yang dilakukannya secara berlanjut tersebut telah mengalami peningkatan efektifitas. Maksudnya adalah dalam perselingkuhannya itu wanita tersebut dapat mencapai dua tujuannya sekaligus. Yang pada awalnya hanya untuk mendapatkan dana sehingga ia bisa melanjutkan kuliahnya dan hidup berkecukupan, kemudian menjadi mendapatkan dana dan memenuhi instink biologiknya. Seperti kata WilliamMcDougal, “Jika tingkah laku diulang beberapa kali dengan situasi dan kondisi yang sama pula, maka akan ada peningkatan efektifitas.
           
Penutup

Cerpen “Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia memang memiliki daya tarik tersendiri untuk dibaca. Mulai dari isinya, pemilihan kata, penggunaan majas metonimia dan penggunaan sudut pandang orang pertama tunggal membuat pembaca semakin ingin terus membacanya sampai akhir. Secara keseluruhan cerpen tersebut dikemas baik oleh penulis. Alur ceritanya dikembangkan dengan baik sehingga cerpen tersebut dapat menampakkan pertumbuhan psikologis dari tokoh ceritanya.
Untuk itu penulis memiliki ketertarikan untuk menganalisis cerpen tersebut. Dengan menganalisis cerpen ini, penulis berharap analisis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang mungkin tertarik untuk membaca cerpen tersebut. Diharapkan juga analisis ini dapat membantu pembaca lebih memahami isi atau maksud dari cerpen tersebut, serta memberikan sedikit wawasan tentang psikologi yang dikembangkan pada cerpen tersebut.



Daftar Pustaka


Kuntjojo. 2009. Kepribadian Menurut Paradigma Psikodinamika. (Online), http://ebekunt.wordpress.com/category/psikologi/page/2/, diakses tanggal 7 April 2012

Purnama, Diana Septi. Sejarah dan Perkembangan Psikologi. (Online), http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Diana%20Septi%20Purnama,%20M.Pd./%282%29%20Sejarah%20Aliran%20Psikologi.pdf, diakses tanggal  7 April 2012.

Senin, 16 Januari 2012

^^Die traditionelle Hochzeit in Südkorea^^

Republik Korea oder Südkorea liegt in Ost-Asien. Es grenzt an Japan und Nordkorea. Die Hauptstadt von Südkorea ist Seoul. In Südkorea gibt es viele traditionelle Fest zum Beispiel Chuseok usw. Normalerweise tragen die Leute Hanbok für ihre traditionelle Fest. Also, Sie tragen Hanbok für eine Ehe Zeremonie auch. Es gibt viele verschiedene Ehe Zeremonie in einem Gelände.
Die traditionelle Hochzeit in einer Nation ist ein Teil von der Tradition und die Kultur der Nation. Also, die tradionelle Hochzeit in Korea zeigt die  koreaniche Tradition und  Kultur an. Die traditionelle Hochzeit in Korea ist sehr einzigartig. Es besteht aus:
1. Eui Hon (Die Hochzeit war von den Eltern verwalt worden)
Die Eltern sammeln viele Informationen über die zukünftigen Bräutigam und Braut, über die soziale Stellung, Bildung und ihre familie Herkunft. Wenn die Informationen gesammelt werden, werden die Eltern dem Bräutigam die Bewerbung für die Eltern der Braut bewältigen. In der Bewerbung werden nur die Eltern vom Bräutigam mit den Eltern der Braut treffen. Und die neue Braut und Bräutigam werden zum ersten Mal bei ihre Ehe zeremonie treffen.
2. Napcae (Das bestimmungen Datum)         
Wenn die Eltern von der Braut die Bewerbung aufgenohmen werden, werden die Eltern der Bräutigam Saju für die Braut geben. Saju behauptet das Detail Jahr, Monat, Datum und Stunde der Geburt dem Bräutigam. Saju einwickelt mit dem Ast dem Bambus und  mit roten und blauen Faden gebunden werden. Dann werden Saju mit Sajubo eingewickelt. Sajubo ist der roten verpackungen Tuch im innere und  Blau auf der außenseite. Wenn die Informationen in Saju enthalten, eintscheidet eine Wahrsagerin ein besten Datum der Hochzeit.  Dann geben die Familie der Braut Yeongil für  die Familie des Bräutigams. Es behauptet der Ehe Datum als eine Antwort von Saju.
3. Nappae (tauschen die Wertsachen)
Zuerst bringen der Freund vom Bräutigam ein Verlobungsgeschenk nach die Brauts Haus. Das Verlobungsgeschenk ist in einer Box gelegt werden. Es heiβt ,,Hahm“. Die beförderer von Hahm heisst Hamijabi. Sie kommen zu der Brauts Haus mit Kostümen und einer fortgeschrittenen schwarz poliert Gesicht. Und dann Sie singen. Normaler weise besteht Hahm aus 3 Sache. Das ist Honseo (Ehe Papiere) und Chaedan. Cahedan ist ein roten und blauen Gewebe, um die Kleidung zu machen. Der blaues Tuch mit roten Faden und der rotes Tuch mit bleuen Faden gebunden werden. Die zwei Farben zeigen die Philosophie Eun / Yang (Yin / Yang). Ein roten Seidentuch bedeckt Honseo. In der  Brief  gibt es die Namen von dem Absenders und die Absicht des Absenders. Es ist die Ehe. Honseo symbolisiert die Weihung von der Frau für den Mann  und die Frau muβt Honseo  immer bewahren und wenn sie verstorbt, muβt sie mit ihrem Körper begraben. Honseo ist auch eine Sammlung von anderen Wertsachen von der Eltern des Bräutigams an die Braut.
4. Chinyoung (Die Hochzeit Zeremonie)
Normaler weise finden Sie die Hochzeit Zeremonie in die Brauts Haus statt. Der Bräutigam ritt auf einem Pferd oder Pony Pferd. Und der Hellfer geht nach der Brauts Haus zu fuβ. Oft spielen Sie Musikinstrumente zu einer fröhlichen Atmosphäre zu schaffen. In der Hochzeit Zeremonie gibt es mehrere Prozess. Das ist Jeonanrye, Gyobaerye, Hapgeunrye, und Pyebaek.
a. Jeonanrye ( Die Lieferung von Wildgänsen oder Kireogi).
Während des Prozesses, hält Girukabi ein Kireogi aus dem Holz. Girukabi ist ein Mensch, der der Erste wandern. Wenn Sie in der Brauts Haus ankommen, gibt Girukabi Kierogi für der Bräutigam. Dann gibt der Bräutigam Kierogi für die Mutter der Braut. Kierogi symbolisiert, dass der Bräutigam ihre Mädchen lebenslang pflegen werden. Früher verwenden die Leute Wildgänsen, die noch Leben. Aber jetzt verwenden die Leute  eine Gans Püppe aus dem Holz.
b. Gyobaerye (Verbeugen)
Die Zeremonie markiert das erste Mal die Braut und Bräutigam mit einander sehen. Bei dieser Zeremonie  verbeugen sich Braut und Bräutigam mit einander. Zuerst verbeugt die Braut zwei mal, dann der Bräutigam einmal verbeugt. Das Ereignis finden letzten 2 mal statt. Braut und Bräutigam werden das Ereignis von Angesicht zu Angesicht und Knicks machen beenden. Gyobaerye symbolisiert, dass Sie das Verbundenheit mit einander haben.
c. Hapgeunrye (Wein trinken)
In dieser Zeremonie auftischen Sie der Wein in einem Kürbis. Der Ort ist die Hälfte der Kürbis, die geleert und getrocknet wurde. Es symbolisiert Männer und Frauen. Die bedeutung, dass  die Braut und Bräutigam eins war, wurde separat geboren und Sie vereinigen sich wieder mit der Ehe.
d. Pyebaek (Verbeugung an die Eltern des Bräutigams).
in der Zeremonie sitzen die Braut und Bräutigam nebeneinander und Sie geben eine Verehrung für die Familie des Bräutigams. Dann wirft die Schwiegermutter Jujube (eine Art von Fruch) auf dem Rock der Braut.  Es symbolisiert, dass die Braut vielen Kindern haben werden.  
In der traditionelle koreanische Hochzeit tragen die Braut und Bräutigam Hanbok. Hanbok ist eine taditionelle koreanische Kleidung. Der Begriff kommt von dem Wort hanbok und han bok, was bedeutet, "die Kleidung der Han". So genannt, weil sich diese stil Kleidung in Jeoseon Dynastie (1392-1910 n. Chr.) aus der Han-Chinesen nentwickelt. Hanbok kann nicht aus dem schnell wachsenden Verständnis der Konfuzianismus in Korea getrennt werden. Es gibt 6 Doktrin von dem Konfuzianismus, es geht Jen,Chun-tzu, Chen-ming, Te, Li und  Wen. Die sechste konfuzianischen werden koreanischen Gesellschaft in die kulturelle Referenz und Inspiration in der Schöpfung, auch im Kleid. So spiegelte die hanbok als Kleid-Entwicklung in diesem Zeitraum die konfuzianischen Prinzipien: Einfachheit, Ehrlichkeit, unterwürfig, Bescheidenheit und Schönheit. In der Vergangenheit war der Hanbok Alltagskleidung. Aber jetzt tragen die Leute Hanbok nur für die traditionelle Zeremonie zum beispiel Chuseok und die Ehe Zeremonie. Es gibt mehrere Art von Hanbok. Das ist Myeongeol Hanbok , Dol Hanbok , Hoegabyeon Hanbok, Saenghwal Hanbok und Hollyebok.
1. Myeongeol Hanbok . Nach der traditionellen koreanischen Volkes zeigen Myeongeol Hanbok die Verehrung für ihre Eltern. Sie verbeugen sich ihre Körper in den frühen Tagen am ersten Tag neue Jahr. In die Zeremonie tragen die Eltern und Kinder hanbok. 
2. Dol Hanbok . Den ersten Geburtstag von ein Kind wurde mit üblichen Hoffnung für Gesundheit usw gefeiert. Die Kinder tragen Dol Hanbok an diesem besonderen Tag. Normaler weise trägt ein Junge Sohn  ein rosa Jeogori und blau lange goreum. Und eine junge Tochter trägt gestreiften Regenbogen Jeogori.
3. Hoegabyeon Hanbok. Wenn die Kinder ein 61. Geburtstag Party ihre Eltern feiern, tragen Sie Hoegabyeon Hanbok. Männer, die 61. Geburtstag geumgwanjobok tragen, und Frauen tragen dangui.
4. Saenghwal Hanbok. Die Verwendung von traditionellen Hanbok haben Regeln und kompliziert. Und Saenghwal Hanbok ist einfach hanbok, um  alltäglichen zu getragen werden. Modernere Hanbok ist eine Kombination aus Einfachheit und Bequemlichkeit. Diese Hanbok ist mit einer variationen Materialien und Mustern gemacht werden.
5. Hollybok. Hollybook ist die traditionelle koreanische Kleidung für Ehe Zeremonie. Normaler weise ist die Farbe von Hollybok sehr sonnig, glamourös und die Kleidung von der Seidentuch gemacht werden. Die Bräutigams Kleidung besteht aus Baji, Jeogori, Joggi, Magoja und Durumagi.
-    Baji ist die Unterseite von Hanbok. Es ist lose als die modelle Hose in West. Der breites Teil  von die Hose ist für den Mann zu einfach setzen.
-       Jeogori ist die Innere Kleidung von Hanbok. Jeogori für den Mann ist gröβer und einfach.
-       Joggi ist eine Weste
-       Magoja ist einen Mantel
-       Durumagi iat einen tradionelles Mantel. Es trägt auβen von der Kleid und der Hose.
Und die Brauts Klaidung besteht aus Chima, Jeogori, Wonsam, Jokduri, Pinyo
-       Chima ist einen Rock auf der Hanbok. Es gibt verschiedene Arten von Chima. Es gibt es eine einzige und eine Doppel Schicht.
-       Jeogori ist die Innere Kleidung von Hanbok. Jeogori für die Frau ist ziemlich kurz  mit der Krümmung  und der schönes Schmuck.
-       Wonsam ist eine Braut langen Mantel.
-       Jokduri ist  eine Kopfschmuck
-       Pinyo ist eine Haarnadel als der Schmuck
Und die Braut verwenden Make-up auf das Gesicht auch. Normaler weise verzieren Sie ihre Gesicht mit dem roten Make-up. Es symbolisiert, dass es die Kräfte der Böse verhindern kann.
Bevor der Ehe müssen die Frauen und Männer ihre Haar verlängern und dann gebunden werden. Wenn verheiratet, binden der Männer  seine Haare in seiner Kopf. Und die Frauen binden ihre Haare auf dem Nacken.
Hochzeitsbankett in einem traditionellen koreanischen ist sehr einfach. Sie zuteilen nur Nudelsuppe. Und die Korean essen Fest heisst ,,Kook Soo“, die Bedeutung ist "Nudel-Bankett“. Die lange Nudel symbolisiert ein langes und glückliches Leben. Die Nudel wird mit Rindsuppe und Gemüse und anderen Zutaten gekocht werden. Normalerweise auftischen Sie ,,Dok“  (Der kleb Kuchen) in der Regel bei einer Veranstaltung in Korea, spezialitäten bei Hochzeiten.



Die Quelle: www.google.com