Wanita Bayaran
dalam cerpen “Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia
Oleh
Dhewi Ika P(092094017/ Pendidikan Bahasa Jerman)
Pendahuluan
Membaca cerpen Lagu Tanglung Ungu, pembaca akan
diajak untuk menyelami kegalauan hati seorang wanita. Cerpen yang berkisah
tentang secuil kehidupan seorang wanita yang dibayar untuk menghasilkan anak
dengan hubungan mbulet yang diatur sehingga terlihat berselingkuh dan memiliki
anak dari menantu seorang miliarder ini, cukup membuat pembaca tertarik untuk
membacanya.
Pemilihan
kata serta penggunaan majas metonimia yang digunakan Beni Setia dalam cerpen
tersebut juga akan membuat pembaca semakin bergairah untuk membacanya. Secara
tidak langsung Beni Setia mengajak pembaca berfikir untuk mengenali majas
metonimia tersebut sehingga pembaca tidak salah mencerna maksud dari cerpen
tersebut. Menariknya lagi ia menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal
sehingga memungkinkan pembaca masuk kedalam cerita tersebut seolah-olah pembaca
sendiri berada didalamnya. Seperti ungkapan “tulisan yang baik adalah tulisan
yang mampu membuat pembacanya seolah-olah ia sendiri yang berada didalamnya”.
Pembahasan
Dalam cerpen yang berjudul “Lagu Tanglung Ungu”
karya Beni Setia ini terkandung sebuah unsur psikologi yaitu psikologi hormic. Dikaji
berdasarkan teori psikologi hormic, dapat terlihat dari isi cerpen yang banyak
menceritakan tentang seorang wanita yang ingin tetap hidup mapan dan
berkecukupan. Ia bersedia menerima kontrak sebagai penerima donor sperma dari
miliarder kaya asal Hongkong agar ia mendapat dana sehingga bisa menyelesaikan
kuliahnya serta hidup berkecukupan. Dalam hal ini perilaku/tingkah laku wanita
tersebut karena memiliki tujuan. Seperti yang dikatakan oleh Willian McDougall yang menyebut ajarannya sebagai psikologi purposif (bertujuan) atau
psikologi hormik (hormik psychology).
Di dalam karya-karyanya McDougall mengemukakan bahwa Psikologi Hormik adalah tingkah laku yang selalu bertujuan, bukan merupakan
proses mekanismenya saja. Menurutnya, karakteristik penting dari tingkah laku
yaitu tingkah laku memiliki kebebasan memiliki
arah dan tujuan dan tingkah laku mempunyai unsur bawaan yang
disebut insting, dengan tiga aspeknya berupa aspek persepsi, aspek emosional
dan aspek motoris. Kutipan-kutipan yang mendukung teori tersebut yaitu:
padahal sesuai
kontrak TKW itu aku di-backing dana oleh Old Nio agar bisa menyelesaikan kuliah
PGSD, setelah lulus jadi guru PNS sebab punya dana lulus testing, meski tidak
berkompetisi menjadi guru professional.
jadi penerima donor sperma dengan
bantuan teknologi yang memungkinkan memelihara janin lelaki utama Nio, -meski
secara kasatmata aku memainkan lelakon berselingkuh dengan Max. diatur Old Nio
agar memebuat kontrak seksual semu dan transparan dihamili oleh Max, punya anak,
lantas menyerahkan anak itu kepada Ie. Pulang dengan dana berlebih buat kuliah
–dengan saham legal 2,5%
aku punya hak mutlak saham 2,5% warisan
legal dari Old Nio yang menganggapku selir tabung yang berhasil melahirkan anak
lelaki meskipun secara legal (itu) cucu lelaki. Tapi aku takut: suamiku tahu
kalau aku simpanan miliarder Hongkong –dan aku yakin di Ngebel ini: banyak
orang yang tahu-, karenanya memeras sampai tak punya apa-apa lagi. Aku takut
tak punya uang, aku takut miskin lagi.
Apakah semua ini bermula dari
kemiskinan? Ketika selulus SMA aku ingin bisa kuliah, karenanya mengambil dua
kali kontrak @2 tahun di Hongkong, sehingga akan ada simpanan yang cukup untuk
berkuliah PGSD dan melamar jadi si guru
SD – yang setelah jadi PNS bermakna si yang memiliki masa depan. Ambisi itu
yang membuat aku bersepakat melakukan kontrak dengan si Old Nio – jadi si
penerima donor sperma.
Aku menelan ludah. Bilang, dengan latar
belakang si TKW lulus SMA, kepapanan serta hidup di garis kemiskinan merupakan
tradisi, sehingga gaji guru – semua dividen dari saham 2,5%, sumbangan Ie, dan
kasih sayang bertendens si Max dalam rekening – sudah memadai.
Selain
takut miskin dan tidak dapat hidup berkecukupan, setelah beberapa tahun
menjalani hubungan perselingkuhan, bukan cinta lagi yang wanita ini rasakan
namun ia juga melakukannya dengan tujuan untuk memenuhi instink kewanitaannya
saja. Berdasarkan Psikologi Hormik, menurut William McDougal, insting adalah kecendrungan
bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Dimana kecendrungan tingkah
lakunya merupakan pembawaan dari lahir.
Berikut kutipannya :
Tapi, di tahun-tahun kemudian aku merasa
hanya pergi berkencan, seperti orang naik di panggung sinetron – palsu
memuaskan instink kewanitaan saja -, karena itu aku memilih pasif.
Apa itu cinta?
Bukan. Aku tak merasa diikat cinta – hanya memuaskan instink biologik.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku perselingkuhan yang dilakukannya
secara berlanjut tersebut telah mengalami peningkatan efektifitas. Maksudnya
adalah dalam perselingkuhannya itu wanita tersebut dapat mencapai dua tujuannya
sekaligus. Yang pada awalnya hanya untuk mendapatkan dana sehingga ia bisa
melanjutkan kuliahnya dan hidup berkecukupan, kemudian menjadi mendapatkan dana
dan memenuhi instink biologiknya. Seperti kata WilliamMcDougal, “Jika tingkah
laku diulang beberapa kali dengan situasi dan kondisi yang sama pula, maka akan
ada peningkatan efektifitas.
Penutup
Cerpen
“Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia memang memiliki daya tarik tersendiri
untuk dibaca. Mulai dari isinya, pemilihan kata, penggunaan majas metonimia dan
penggunaan sudut pandang orang pertama tunggal membuat pembaca semakin ingin
terus membacanya sampai akhir. Secara keseluruhan cerpen tersebut dikemas baik
oleh penulis. Alur ceritanya dikembangkan dengan baik sehingga cerpen tersebut
dapat menampakkan pertumbuhan psikologis dari tokoh ceritanya.
Untuk
itu penulis memiliki ketertarikan untuk menganalisis cerpen tersebut. Dengan
menganalisis cerpen ini, penulis berharap analisis ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca yang mungkin tertarik untuk membaca cerpen tersebut. Diharapkan
juga analisis ini dapat membantu pembaca lebih memahami isi atau maksud dari
cerpen tersebut, serta memberikan sedikit wawasan tentang psikologi yang
dikembangkan pada cerpen tersebut.
Daftar Pustaka
Kuntjojo. 2009. Kepribadian Menurut Paradigma Psikodinamika. (Online), http://ebekunt.wordpress.com/category/psikologi/page/2/, diakses
tanggal 7 April 2012
Purnama, Diana Septi. Sejarah dan Perkembangan Psikologi.
(Online), http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Diana%20Septi%20Purnama,%20M.Pd./%282%29%20Sejarah%20Aliran%20Psikologi.pdf, diakses
tanggal 7 April 2012.