Anyeong haseyeo changi.. It's me, Ny.Liu Xian Hua (eeh..=" hehe :D) Welcome to my Blog yaa chingudeul.. hope you enjoy it..:)

Sabtu, 05 Mei 2012

Analisis Cerpen Lagu Tanglung Ungu


Wanita Bayaran dalam cerpen “Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia
Oleh
Dhewi Ika P(092094017/ Pendidikan Bahasa Jerman)

Pendahuluan

Membaca cerpen Lagu Tanglung Ungu, pembaca akan diajak untuk menyelami kegalauan hati seorang wanita. Cerpen yang berkisah tentang secuil kehidupan seorang wanita yang dibayar untuk menghasilkan anak dengan hubungan mbulet yang diatur sehingga terlihat berselingkuh dan memiliki anak dari menantu seorang miliarder ini, cukup membuat pembaca tertarik untuk membacanya.
Pemilihan kata serta penggunaan majas metonimia yang digunakan Beni Setia dalam cerpen tersebut juga akan membuat pembaca semakin bergairah untuk membacanya. Secara tidak langsung Beni Setia mengajak pembaca berfikir untuk mengenali majas metonimia tersebut sehingga pembaca tidak salah mencerna maksud dari cerpen tersebut. Menariknya lagi ia menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal sehingga memungkinkan pembaca masuk kedalam cerita tersebut seolah-olah pembaca sendiri berada didalamnya. Seperti ungkapan “tulisan yang baik adalah tulisan yang mampu membuat pembacanya seolah-olah ia sendiri yang berada didalamnya”.

Pembahasan

Dalam cerpen yang berjudul “Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia ini terkandung sebuah unsur psikologi yaitu psikologi hormic. Dikaji berdasarkan teori psikologi hormic, dapat terlihat dari isi cerpen yang banyak menceritakan tentang seorang wanita yang ingin tetap hidup mapan dan berkecukupan. Ia bersedia menerima kontrak sebagai penerima donor sperma dari miliarder kaya asal Hongkong agar ia mendapat dana sehingga bisa menyelesaikan kuliahnya serta hidup berkecukupan. Dalam hal ini perilaku/tingkah laku wanita tersebut karena memiliki tujuan. Seperti yang dikatakan oleh Willian McDougall yang menyebut ajarannya sebagai psikologi purposif (bertujuan) atau psikologi hormik (hormik psychology). Di dalam karya-karyanya McDougall mengemukakan bahwa Psikologi Hormik adalah tingkah laku yang selalu bertujuan, bukan merupakan proses mekanismenya saja. Menurutnya, karakteristik penting dari tingkah laku yaitu tingkah laku memiliki kebebasan memiliki arah dan tujuan dan tingkah laku mempunyai unsur bawaan yang disebut insting, dengan tiga aspeknya berupa aspek persepsi, aspek emosional dan aspek motoris. Kutipan-kutipan yang mendukung teori tersebut yaitu:

padahal sesuai kontrak TKW itu aku di-backing dana oleh Old Nio agar bisa menyelesaikan kuliah PGSD, setelah lulus jadi guru PNS sebab punya dana lulus testing, meski tidak berkompetisi menjadi guru professional.

jadi penerima donor sperma dengan bantuan teknologi yang memungkinkan memelihara janin lelaki utama Nio, -meski secara kasatmata aku memainkan lelakon berselingkuh dengan Max. diatur Old Nio agar memebuat kontrak seksual semu dan transparan dihamili oleh Max, punya anak, lantas menyerahkan anak itu kepada Ie. Pulang dengan dana berlebih buat kuliah –dengan saham legal 2,5%

aku punya hak mutlak saham 2,5% warisan legal dari Old Nio yang menganggapku selir tabung yang berhasil melahirkan anak lelaki meskipun secara legal (itu) cucu lelaki. Tapi aku takut: suamiku tahu kalau aku simpanan miliarder Hongkong –dan aku yakin di Ngebel ini: banyak orang yang tahu-, karenanya memeras sampai tak punya apa-apa lagi. Aku takut tak punya uang, aku takut miskin lagi.

Apakah semua ini bermula dari kemiskinan? Ketika selulus SMA aku ingin bisa kuliah, karenanya mengambil dua kali kontrak @2 tahun di Hongkong, sehingga akan ada simpanan yang cukup untuk berkuliah PGSD dan melamar  jadi si guru SD – yang setelah jadi PNS bermakna si yang memiliki masa depan. Ambisi itu yang membuat aku bersepakat melakukan kontrak dengan si Old Nio – jadi si penerima donor sperma.

Aku menelan ludah. Bilang, dengan latar belakang si TKW lulus SMA, kepapanan serta hidup di garis kemiskinan merupakan tradisi, sehingga gaji guru – semua dividen dari saham 2,5%, sumbangan Ie, dan kasih sayang bertendens si Max dalam rekening – sudah memadai.

Selain takut miskin dan tidak dapat hidup berkecukupan, setelah beberapa tahun menjalani hubungan perselingkuhan, bukan cinta lagi yang wanita ini rasakan namun ia juga melakukannya dengan tujuan untuk memenuhi instink kewanitaannya saja. Berdasarkan Psikologi Hormik, menurut William McDougal, insting adalah kecendrungan bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Dimana kecendrungan tingkah lakunya merupakan pembawaan dari lahir. Berikut kutipannya :

Tapi, di tahun-tahun kemudian aku merasa hanya pergi berkencan, seperti orang naik di panggung sinetron – palsu memuaskan instink kewanitaan saja -, karena itu aku memilih pasif.
               
Apa itu cinta? Bukan. Aku tak merasa diikat cinta – hanya memuaskan instink biologik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku perselingkuhan yang dilakukannya secara berlanjut tersebut telah mengalami peningkatan efektifitas. Maksudnya adalah dalam perselingkuhannya itu wanita tersebut dapat mencapai dua tujuannya sekaligus. Yang pada awalnya hanya untuk mendapatkan dana sehingga ia bisa melanjutkan kuliahnya dan hidup berkecukupan, kemudian menjadi mendapatkan dana dan memenuhi instink biologiknya. Seperti kata WilliamMcDougal, “Jika tingkah laku diulang beberapa kali dengan situasi dan kondisi yang sama pula, maka akan ada peningkatan efektifitas.
           
Penutup

Cerpen “Lagu Tanglung Ungu” karya Beni Setia memang memiliki daya tarik tersendiri untuk dibaca. Mulai dari isinya, pemilihan kata, penggunaan majas metonimia dan penggunaan sudut pandang orang pertama tunggal membuat pembaca semakin ingin terus membacanya sampai akhir. Secara keseluruhan cerpen tersebut dikemas baik oleh penulis. Alur ceritanya dikembangkan dengan baik sehingga cerpen tersebut dapat menampakkan pertumbuhan psikologis dari tokoh ceritanya.
Untuk itu penulis memiliki ketertarikan untuk menganalisis cerpen tersebut. Dengan menganalisis cerpen ini, penulis berharap analisis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang mungkin tertarik untuk membaca cerpen tersebut. Diharapkan juga analisis ini dapat membantu pembaca lebih memahami isi atau maksud dari cerpen tersebut, serta memberikan sedikit wawasan tentang psikologi yang dikembangkan pada cerpen tersebut.



Daftar Pustaka


Kuntjojo. 2009. Kepribadian Menurut Paradigma Psikodinamika. (Online), http://ebekunt.wordpress.com/category/psikologi/page/2/, diakses tanggal 7 April 2012

Purnama, Diana Septi. Sejarah dan Perkembangan Psikologi. (Online), http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Diana%20Septi%20Purnama,%20M.Pd./%282%29%20Sejarah%20Aliran%20Psikologi.pdf, diakses tanggal  7 April 2012.